Jumat, 26 November 2010

Majas


Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari si penulis. Majas itu sendiri dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

A. Majas Perbandingan
  1. Majas Alegori : majas yang menjelaskan maksud tanpa secara harfiah. Umumnya alegori merujuk kepada penggunaan retorika, namun alegori tidak harus ditunjukkan melalui bahasa, misalnya alegori dalam lukisan atau pahatan.
  2. Majas Metafora : Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. Contoh : Dia hanya dijadikan sebagai kambing hitam.
  3. Majas Metonimia : sebuah majas yang menggunakan sepatah-dua patah kata yang merupakan merek, macam atau lainnya yang merupakan satu kesatuan dari sebuah kata. Contoh : Andi ke kampus naik bebek.
  4. Majas Litotes : majas yang mengungkapkan perkataan dengan rendah hati dan lemah lembut. Biasanya hal ini dicapai dengan menyangkal lawan daripada hal yang ingin diungkapkan. Contoh : Kalau ada waktu mampirlah ke gubuk sederhanaku ini.
  5. Majas Hiperbola : majas yang menyatakan sesuatu secara berlebihan. Contoh : Teriakanmu seperti suara petir yang bergemuruh.
  6. Majas Personifikasi : majas yang menyatakan benda mati seolah-olah hidup. Contoh : Langitpun menangis atas kepergiannya.
  7. Majas Eufimisme : majas yang mengganti ungkapan yang lazim namun dianggap tidak sopan dengan ungkapan yang lebih halus. Contoh : Permisi Pak, saya izin ke kamar kecil.

B. Majas Pertentangan
  1. Paradoks : pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Paradoks merupakan sebuah pernyataan yang betul atau sekelompok pernyataan yang menuju ke sebuah kontradiksi atau ke sebuah situasi yang berlawanan dengan intuisi . Contoh : Di dalam keramaian ini aku masih merasa sepi.
  2. Antitesis : pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. Contoh : Dia tertawa diatas penderitaan orang lain.
  3. Kontrdiksi Interminus : majas yang menggunakan pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Maka dari itu, majas ini termasuk dalam kategori majas pertentangan. Contoh : Semuanya sudah keluar kelas hanya tinggal Indah seorang.

C. Majas Penegasan

  1. Majas Pleonasme : majas yang menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh : Dia naik ke atas untuk mengambil palu (sudah jelas bahwa naik itu sudah pasti ke atas, tidak perlu dijelaskan lagi )
  2. Majas Tautologi : majas berupa pengulangan gagasan, pernyataan, atau kata yang berlebih dan tidak diperlukan. Majas ini mirip dengan majas pleonasme, sama-sama menambahkan kata yang tidak perlu. Contoh : Apa maksud dan tujuan Anda datang kesini ?(tujuan sama artinya dengan maksud, jadi pilih salah satu saja)
  3. Majas Elipsis : majas yang menghilangkan sebagian kata-kata atau kalimatnya. Majas tersebut sering digunakan dalam karya sastra berbentuk puisi. Contoh : Kami ke rumah sakit(menghilangkan predikat pergi)
  4. Majas Retoris : majas yang berupa kalimat tanya yang jawabanya sudah diketahui. Apakah kau masih ingin hidup ?
D. Majas Sindiran
  1. Ironi : majas yang mengungkapkan sindiran secara halus. Contoh : Bagus sekali tulisanmu sampai-sampai aku tidak bisa membacanya.
  2. Sarkasme : suatu majas yang dimaksudkan untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar. Majas ini dapat melukai perasaan seseorang. Contoh : Mengerjakan soal seperti ini saja tidak bisa. Dasar bego !
  3. Sinisme : majas yang menyatakan sindiran secara langsung. Contoh : Tingkah lakumu sangat menyebalkan.
  4. Satire : untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Satire biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi. Contoh : Soal semudah ini saja kau tidak bisa mengerjakannya.

Kamis, 25 November 2010

iPad

iPad merupakan perangkat komputer jinjing diantar laptop dan smartphone yang sudah resmi diluncurkan oleh Apple. Tampilan iPad mirip dengan tampilan iPhone. Perbedaannya ada pada ukuran layar yang lebih lebar dibandingkan dengan iPhone. Fungsi iPad juga tidak kalah dengan notebook. iPad juga bisa digunakan untuk mengakses multimedia, berselancar di web dan lain-lain. iPad menggunakan sistem operasi iPhone yang telah dimodifikasi. iPad memiliki ruang penyimapanan data mulai dari 16 GB sampai dengan 64 GB. Layar iPad berukuran 9.7 inches dengan resolusi 1024 x 768 pixel dan beratnya hanya sekitar 1,5 pounds. iPad berisi prosesor buatan sendiri yakni Apple A4 1 GHz, baterai iPad tahan aktif hingga 10 jam dan standby hingga sebulan. Layar sentuhnya pun dipastikan sudah mengadopsi multi-touch. 

Fitur-fitur yang ada pada iPad antara lain :
1. iTunes yang memudahkan kita untuk mendownload aplikasi, musik, dan video.
2. iBooks yang berguna untuk mendownload e-book dan juga membacanya langsung dari internet.
3. iWork yang sudah dimodifikasi sehingga tetap bekerja optimal di perangkat dengan spesifikasi hardware jauh dari Mac.
4. kemampuannya untuk menangkap konektifitas wifi selain jaringan 3G, perangkat accelerometer untuk menggerakkan game dan multimedia yang agar semakin lincah. 

iPad dibanderol dengan harga yang bervariasi. Untuk versi wifi saja dengan kapasitas 16GB, Apple membanderolnya dengan harga USD499 atau sekira Rp4,99 juta, sedangkan kapasitas 32GB dipatok USD599, dan 64GB dihargai USD699. Untuk iPad yang dibundling dengan operator AT&T yang menyediakan jaringa 3G, harga iPad 32GB dipasang USD829.

MACAM-MACAM KALIMAT

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan klausa yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap. Kalimat juga mempunyai pengertian satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan bermacam-macam hal.

A. Berdasarkan jumlah klausa yang ada didalamnya.
  • Kalimat majemuk : kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Namun kalimat majemuk dibagi lagi menjadi 4 bagian berdasarkan hubungan antar klausanya, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, kalimat majemuk rapatan dan juga kalimat majemuk campuran.
  • Kalimat tunggal : kalimat yang hanya memiliki satu pola kalimat.
B. Berdasarkan jumlah inti yang membentuknya.
  • Kalimat minor : kalimat yang mengandung satu unsur inti (pusat). Contoh : Pergi !
  • Kalimat mayor :  kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti. Contoh : Dia meminta minum kepada Amir.
C. Berdasarkan diatesis.
  • Kaliamat aktif : kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan. Biasanya pada kalimat aktif, predikatnya memilki awalan me(n)- dan ber-. Contoh : Adi membaca buku.
  • Kalimat pasif : kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Biasanya pada kalimat pasif, predikatnya memiliki awalan di-. Contoh : Buku dibaca Adi.
D. Berdasarkan pola-pola dasar yang dimilikinya.
  • Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat. Ciri-ciri kalimat inti adalah hanya terdiri atas dua kata, kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat, tata urutannya adalah subjek mendahului predikat, dan intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Maksudnya, tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya.
  • Kalimat luas adalah kalimat perluasan dari kalimat inti dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata tetapi lebih.
  • Kalimat transformasi adalah kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
E. Berdasarkan nilai informasinya
  • Kalimat perintah adalah kalimat yang digunakan untuk memberikan perintah kepada orang lain. Dan biasanya pada akhir kalimat terdapat tanda seru (!). Contoh : Ambilkan saya minum !
  • Kalimat tanya adalah kalimat yang digunakan untuk menanyakan sesuatu kepada orang lain. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya (?). Contoh : Dimana rumahmu ?
  • Kalimta berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu kepada orang lain. Biasanya mendorong orang lain untuk memberikan tanggapan. Contoh : Adik akan ke Jakarta besok pagi.
  • Kalimat pengharapan adalah kalimat yang isinya menyatakan harapan seseorang akan sesuatu hal yang akan terjadi. Contoh : Semoga nanti sore tidak turun hujan.
  • Kalimat pengandaian merupakan kalimat yang berandai-andai. Biasanya kalimat perandaian itu adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi. Contoh : Andai aku menjadi bintang di langit.

Selasa, 23 November 2010

Penggunaan Tanda Baca

Tanda baca adalah simbol-simbol yang menunjukkan struktur dari suatu tulisan, dan juga merupakan intonasi serta jeda yang dapat kita amati sewaktu kita sedang membaca sebuah tulisan. Tanda baca tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa. Aturan tanda baca berbeda-beda antar bahasa, temapat atau lokasi, waktu dan lain-lain.

Berikut ini adalah jenis-jenis tanda baca beserta penjelasan dan juga penggunaannya dalam membuat sebuah tulisan.
A. Tanda titik(.)
Tanda titik mempunyai keguanaan untuk :
  • untuk mengakhiri suatu kalimat.
  • dipakai pada akhir singkatan nama orang.
  • untuk singkatan nama jabatan, gelar, pangkat dan sapaan.
  • dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Namun tanda titik juga tidak bisa digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
  • tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.
  • tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
  • tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
B. Tanda koma (,)
  • dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
  • dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat seperti oleh karena itu, meskipun, jadi, akan tetapi dll.
  • dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
  • dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
C. Tanda titik dua (:)
Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
contoh : Gunadarma memiliki beberapa jurusan, yaitu : Sistem Informasi, Teknik Informartika, dan Managemen Informatika

D. Tanda tanya (?)
Seperti yang kita tahu, tanda tanya diletakkan pada akhir kalimat tanya.
contoh : Apa yang kau lakukan ?

E. Tanda seru (!)
Tanda seru digunakan untuk menyatakan seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
contoh : Tolong ambilkan saya minum !

Masih banyak lagi jenis-jenis tanda baca yang belum sempat saya tulis dalam blog saya kali ini. Seperti tanda titik koma, garis miring, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda hubung, tanda pisah dan banyak lagi tanda-tanda baca yang belum sempat saya jelaskan.

Senin, 22 November 2010

EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan )

Sejak tahun 1972 Ejaan Yang Disempurnakan mulai diberlakukan di Indonesia sebagai ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tepatnya pada tanggal 23 Mei 1972 Menteri Pelajaran Malaysia yang menjabat pada waktu itu, Tun Hussien Onn dan juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang juga menjabat pada waktu itu, Mashuri menandatangani persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.

Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.

Berikut ini ada sedikit contoh perbedaan antar ejaan sebelumnya dengan Ejaan Yang Disempurnakan yaitu :
1. OE menjadi U
    Contoh : doeloe = dulu
2. TJ menjadi C
    Contoh : tjara = cara
3. DJ menjadi J
    Contoh : djauh = jauh
4. J menjadi Y
    Contoh : jang = yang
5. NJ menjadi NY
    Contoh : njamuk = nyamuk
6. SJ menjadi SY
    Contoh : sjarat = syarat
7. CH menjadi KH
    Contoh : achir = akhir

Selain perubahan dalam penulisan, Ejaan Yang Disempurnakan juga mementingkan penggunaan tanda baca dan juga cara penulisan tanda baca tersebut agar terbentuk suatu kalimat yang baik dan benar.

Jumat, 19 November 2010

Gejala-gejala Bahasa

Bahasa dan masyarakat akan selalu menjadi pasangan yang mengisi satu sama lain, karena adanya interaksi sosial yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, sebenarnya masih ada alat lain untuk berkomunikasi akan tetapi bahasa mungkin yang terbaik dalam berkomunikasi. Namun pada zaman sekarang ini muncul gejala-gejala bahasa yang mungkin tidak sesuai dengan bahasa yang kita gunakan yaitu Bahasa Indonesia.
Contohnya saja fenomena alay, alay berasal dari kata anak layangan. Maksudnya adalah kampungan, karena pada zaman sekarang ini bermain layang-layang itu dianggap kampungan. Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakaian, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya.
Berikut ada beberapa gejala-gejala bahasa yang tercipta seiring dengan perkembangan zaman :

1. Alay
Seperti yang tadi sudah saya jelaskan alay adalah singkatan dari anak layangan, yaitu orang-orang kampung bergaya berlebihan atau bisa disebut norak.

2. Lebay
Lebay merupakan kata-kata yang dianggap berlebihan atau bisa disebut hiperbol. Kata ini populer pada sekitar tahun 2006. Kata ini dipopulerkan oleh salah satu presenter TV ternama yaitu Ruben Onsu disalah satu acara TV yang dibawakannya dan biasanya digunakan untuk mencela orang lain.

3. Jayus
Istilah ini populer pada sekitar tahun 1990-an dan masih sering digunakan sampai sekarang. Arti kata jayus itu sendiri adalah lawakan yang dianggap tidak lucu. Konon sejarah kata jayus ini berasal dari seorang anak di daerah Kemang yang sering dipanggil Jayus oleh teman-temannya. Jayus itu sendiri sebenarnya bukan nama asli dari orang tersebut akan tetapi nama Jayus adalah nama ayahnya. Nama asli anak itu adalah Herman, namun dia dipanggil Jayus karena dia sering sekali melawak akan tetapi lawakannya kerap kali tidak lucu.

4. Garing
Garing ini berasal dari bahasa Sunda yang berarti tidak lucu. Sebenarnya arti kata ini hampir sama dengan kata ‘jayus’. Hanya berbeda dari asal-usulnya saja.

5. Meneketehe
Meneketehe sebenarnya berasal dari kata ‘mana kutahu’ yang diplesetkan oleh salah Tora Sudiro di acara Extravaganza pada sekitar tahun 2000-an. Namun kata ini masih populer dan masih sering digunakan oleh anak-anak muda zaman sekarang.

6. LOL
LOL merupakan singktan dalam bahasa inggris yaitu Laugh Out Loud yang mempunyai arti tertawa terbahak-bahak. Kata ini sangat sering dipakai dalam dunia maya pada zaman sekarang ini. Kata ini sering digunakan pada chat room, forum-forum di dunia maya, dan juga dalam situs pertemanan yang sangat populer yaitu Facebook,Twitter dan lain-lain.

7. Jutek
Jutek adalah suatu sebutan untuk menggambarkan seseorang yang sombong, jarang tersenyum, galak, dan juga orang menyebalkan. Kata ini populer pada sekitar tahun 2000-an.

8. BT,BTW, dan OTW
BT merupakan singkatan dari Boring Total. Kata ini populer pada sekitar tahun 2000-an oleh para mahasiswa yang merasa bosan dengan perkuliahannya. BTW merupakan singkatan dari By The Way yang memiliki arti ‘omong-omong’. Dan yang terakhir adalah OTW, OTW merupakan singkatan dari On The Way yang memiliki arti ‘dalam perjalanan’.

Sebenarnya masih sangat banyak gejala-gejala bahasa yang tercipta akibat perkembangan zaman. Dan bukan hal yang tidak mungkin bahwa dalam beberapa tahun kedepan pasti akan bermunculan banyak kata-kata baru.

Kamis, 18 November 2010

Macam-macam Alinea

Setelah pada blog sebelumnya saya menjelaskan tentang Penjelasan Alinea, sekarang saya akan menjelaskan tentang macam-macam dari alinea tersebut.

Macam-macam alinea itu ada tiga yaitu :

1. Alinea Pembuka
Alinea pembuka merupakan bagian dari sebuah wacana atau karangan yang paling pertama kita temui. oleh karena situ, sebaiknya alinea pembuka itu disusun secara menarik agar memunculkan rasa ingin tahu kepada para pembaca. Dalam alinea pembuka sangat diharapkan dapat membimbing para pembaca untuk memasuki suatu jalan cerita atau isi dari wacana atau dengan kata lain alinea pembuka ini menyiapkan para pembaca untuk memasuki alinea isi. Rumusan alinea pembuka yang baik akan menjadi pedoman untuk pengembangan karangan menuju tingkat selanjutnya. Dengan pedoman itu maka akan tercapainya suatu kepaduan pada dalam sebuah wacana atau karangan.

2. Alinea Isi
Alinea isi merupakan suatu ide pokok beserta pengembangannya dalam sebuah wacana atau karangan. Oleh karena itu, alinea isi merupakan bagian yang esensial dalam suatu wacana atau karangan. Maksudnya adalah alinea isi menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok tersebut. Dalam menjelaskannya harus disusun dengan berurutan dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang masuk akal atau logis.

3. Alinea Penutup
Alinea penutup merupakan alinea-alinea yang mengakhiri atau menutup suatu wacana atau karangan. Alinea ini merupakan kebulatan dari masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana atau karanan sebelumnya. Selain itu alinea penutup juga harus mengandung kesimpulan yang benar-benar mengakhiri uraian wacana atau karangan tersebut. Karena bertugas untuk mengakhiri suatu wacana, maka alinea penutup yang baik ialah yang tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek. Akan tetapi, alinea penutup harus menimbulkan kesan tersendiri bagi para pembaca.

Untuk menciptakan sebuah wacana atau karangan yang baik diperlukan ketiga aspek tersebut agar para pembaca dapat membaca dan mengerti arti dari wacana atau karangan yang kita buat. Selain itu kita harus membaca terlebih dahulu wacana atau karangan yang kita buat agar kita tahu dimana letak kesalahan kita supaya kita dapat memperbaiki tau merevisi karangan kita sebelum dibaca oleh banyak orang.