Rabu, 28 Maret 2012

Etika Profesi IT

Etika Profesi IT adalah norma-norma atau aturan manusia dalam menjalankan profesi atau pekerjaannya (dalam hal ini bidang IT) dan selalu mempertimbangkan segala tindakannya dalam melakukan pekerjaannya tersebut. Serta bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukannya. Sebagai seorang profesional kita kita dituntut untuk melakukan pekerjaan mengikuti aturan dan norma-norma agar kita dapat selalu bertanggung jawab atas apapun pekerjaan yang kita lakukan. Hal ini tidak hanya dalam bidang IT, dalam segala bidang sangat diperlukan kode etik pekerjaan dalam bidang masing-masing.

Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal yang harus ia perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh kliennya atau user, ia juga harus dapat menjamin keamanan sistem kerja program aplikasi tersebut dari pihak-pihak yang dapat mengacaukan sistem kerjanya seperti Hacker dll.


Berikut ini adalah sedikit contoh kode etik seorang Profesi IT antara lain :
  • Bertanggung jawab dalam hal pengambilan keputusan dan segera menyatakan secara terbuka faktor-faktor yang dapat membahayakan publik atau lingkungan
  • Sebisa mungkin menghindari terjadinya konflik kepentingan dan meluruskan mereka yang telah terpengaruh oleh konflik tersebut
  • Jujur ​​dan realistis dalam menyatakan klaim atau perkiraan sesuai dengan data yang tersedia
  • Menolak suap atau segala macam hal yang dapat merugikan orang lain
  • Meningkatkan pemahaman teknologi, aplikasi yang sesuai, dan kemungkinan konsekuensinya
  • Tidak membeberkan kelemahan-kelemahan dari teknologi yang sudah ada secara detail 
  • Tidak melakukan akses atau upaya mengakses berkas elektronik, disk, atau perangkat jaringan selain milik orang lain tanpa adanya izin yang sah.
  • Tidak membuat ataupun menyebarkan program berbahaya yang dapat merusak sistem orang lain. Contohnya seperti Malware.

Pada intinya dari semua penjelasan diatas kita harus mempertanggung jawabkan perbuatan yang telah kita lakukan dalam pekerjaan kita dan kita harus berusaha untuk tidak merugikan orang lain untuk mencapai tujuan kita sendiri.


Sumber : http://yogapw.wordpress.com/2009/10/29/c-etika-profesi-dalam-dunia-teknologi-informasi/

Jumat, 16 Maret 2012

Etika dan Profesionalisme TSI

Aliran Eudaemonisme


Dalam buku Aristoteles yang berjudul “Nicomachean Ethics,” mencetuskan apa yang disebut sebagai etika “eudaemonisme” rasional (dari Yunani “eudaemon” yang berarti bahagia). Dalam pembukaan buku tersebut, Aristoteles mengatakan bahwa segala aktivitas hidup manusia terarah kepada kebaikan. Kebaikan yang dikejar itulah yang disebut kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan cetusan yang paling sempurna, ideal dan rasional dari aktivitas tindakan manusia. Namun, apa yang disebut sebagai kebahagiaan menurut Aristoteles, bukanlah sesuatu yang sudah selesai, rampung dan tuntas. Kebahagiaan harus disamakan dengan aktivitas, yaitu aktivitas mencari kebahagiaan. Dengan demikian, etika “eudaemonisme” Aristoteles adalah etika yang berhubungan dengan rasionalitas manusia. Kebahagiaan menurut Aristoteles tidak terletak pada pengertian menikmati hasil atau prestasi, tetapi pada karakter kontemplasi rasional sebagai suatu aktivitas manusia untuk mengalami pencerahan.

Aliran Positivisme

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan. Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.

Legal-positivisme memandang perlu untuk memisahkan secara tegas antara hukum dan moral. Hukum. bercirikan rasionalistik, teknosentrik, dan universal. Dalam kaca mata positivisme tidak ada hukum kecuali perintah penguasa, bahkan aliran positivis legalisme menganggap bahwa hukum identik dengan undang-undang. Hukum dipahami dalam perspektif yang rasional dan logik. Keadilan hukum bersifat formal dan prosedural. Dalam positivisme, dimensi spiritual dengan segala perspektifnya seperti agama, etika dan moralistas diletakkan sebagai bagian yang terpisah dari satu kesatuan pembangunan peradaban modern. Hukum modern dalam perkembangannya telah kehilangan unsur yang esensial, yakni nilai-nilai spiritual.

Aliran Naturalisme

Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akanmenjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme.  
Pendekatan untuk mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapidengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi dan diskoveri. “Anak harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman positif, diberi kebebasan dan mengikuti minat-minat spontannya. (Krogh, 1994:15).
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin danAminuddin R., 1992: 9), yaitu: 
  1. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinyasecara alami. 
  2. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik  berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampumendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadapkebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri. 
  3. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat denganmenyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendirisesuai dengan minat dan perhatiannya. 
Dengan demikian, aliran Naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris; artinya, faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar-mengajar.



Aliran Idealisme

Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia objektif. Darimikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuanyang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahuluioleh pengalaman lebih dahulu. Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berartisemua itu sudah mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktusudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, aprioriyang terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi.Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu.

Pendidikan menurut idealisme diartikan sebagai upaya terencana untuk mewujudkan manusia ideal yaitu manusia yang dapat mencapai keselarasan individual yang terpadu dalam keselarasan alam semesta. Upaya pendidikan harus ditujukan pada pembentukan karakter, watak, menusia yang berbudi luhur, pengembangan bakat insani dan kebajikan sosial. Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersebut. 


Sumber : 
  1.  http://leqoen.blogspot.com/2011/02/paham-eudaemonisme.html
  2. http://initialdastroboy.wordpress.com/2011/03/30/aliran-positivisme-dalam-teori-sejarah/
  3. http://www.scribd.com/doc/45080023/7/Aliran-Idealisme
  4. http://www.scribd.com/rumrosyid/d/45080023/5-Aliran-Naturalisme