Judul : Hotel Pro Deo
Karya : Remy Sylado
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia, Juli 2010
Harga : Rp. 200.000,-
Tebal : 1.016 Halaman
B. Sinopsis
Novel ini berlatarkan pada peristiwa Mei 1998. Dalam novel ini Remy Sylado tidak hanya menceritakan secara jelas peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada Mei 1998. Remy Sylado juga menjelaskan mulai dari kerusuhan-kerusuhan berbau rasial yang terjadi sampai lengsernya jabatan Soeharto sebagai presiden sehingga dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dibalik semua peristiwa-peristiwa tersebut.
Remy juga menggambarkan persoalan pembantaian etnis Tionghoa bahwa itu mungkin terjadi karena rekayasa atas dasar kepentingan tertentu. Di sini tampak, sementara ada pihak yang masih meragukan terjadinya peristiwa itu di tahun 1998. Dalam novel ini Remy menggunakan tokoh pejabat kepolisian, Kombes Dharsana untuk menunjukkan bahwa pejabat itu cenderung korup, menyalahgunakan wewenang, merekayasa fakta, licik dan kotor, demi mencapai tujuan tertentu.
Untuk mencapai tujuannya, Kombes Dharasana tega menghilangkan nyawa anak tirinya, merekayasa fakta, sampai memanfaatkan orang lain untuk membunuh dan mencelakakan musuh-musuhnya. Namun, sepak terjang Dharsana memang berhasil dilumpuhkan. Apalagi salah seorang rekannya yang juga memiliki jabatan di kepolisian, Rachmat Wirjono, ikut mendukung usaha untuk menghentikan kejahatan yang dilakukan oleh Dharsana.
C. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
- Penulis sanggup membuat cerita ini lebih hidup, karena fakta historis tersebut belum terjawab tuntas sampai sekarang.
- Cerita sangat menarik karena penulis berhasil menggabungkan antara fakta dengan fiksi.
- Kita dapat belajar bahwa sebuah peristiwa besar tidak pernah berdiri sendiri, namun berdimensi luas dengan kompleksitas keterkaitan yang sulit untuk dijelaskan
- Terjadinya pengulangan cerita pada saat pengisahan jalannya persidangan Dharasana
D. Saran
Cerita ini sudah sangat menarik dan menurut saya penulis tidak perlu melakukan pengulangan cerita pada saat jalannya persidangan Dharasana. Karena tanpa pengisahan jalannya persidangan Dharasana, novel ini akan tetap kuat dan tidak mengurangi sedikitpun ketertarikan orang untuk membaca novel tersebut.